![](http://4.bp.blogspot.com/-sX4pUw2EXC4/VLTpGdFCMQI/AAAAAAAAWVQ/TcKRnnDd3X4/s1600/Puntadewa.jpg)
Karena jujur dan sabar harus disertai
kesumerahan, maka ia mampu memenjarakan nafsu. kesabaran tanpa kesumerahan
belum dapat dikatan sabar. Untuk melukiskan
sejauh mana kesabaran dan kesumerahannya, dijelaskan dalam kisah sebagai
berikut:
Ketika itu Pandawa sedang berada di
hutan Kamiaka. Merek sedang menjalani hukuman buang selama 13 tahun akibat
tipudaya kaum Kurawa. Lapar dan dahaga serta bahaya yang setiap saat mengancam
merupakan derita yang amat sangat. Tetapi berkat keteguhan dan ketabahan serta
tak putus-putus berdoa kepada Hyang Maha Tunggal kesemua itu dapat diatasi.
"Hemm, sampai kapan derita ini
akan berakhir, si Duryudana keparat itu semakin besar kepala," geram Bima,
"Baru tujuh tahun Sena. Tinggal enam tahun lagi, sabarlah dik,"
Yudhistira menghibur. "Kalau saja aku diberi ijin kakang Yudhistira, sekarang
juga aku gedor si laknat itu," kata Bima penuh nafsu.
![](http://1.bp.blogspot.com/-rM5CQ8lbxCs/VLTpadfAZzI/AAAAAAAAWVY/ShDCaS2vg4k/s1600/yudistira.jpg)
Pada suatu hari terjadi musibah menimpa
keluarga Pandawa. Arjuna, Nalu dan Sadeewa ditemukan ajal setelah minum air
kolam di tengah hutan itu. Rupa-rupanya kolam itu ada penunggunya. Dengan
perasaan sedih Yudhistira berkata: "Duh, dewta, siapa yang tega mencabut
nyawa adik-adikku. habislah harapanku untuk merebut negeri Astina. Dinda
Arjuna, kaulah andalan kami, tapi kini kau telah pergi untuk selama-lamanya.
Apa dayaku," ratapnya.
Tak lama kemudian terdengar suara tanpa
rupa: "Mereka mati karena minum air kolam. Peringatanku tak
dihiraukan." "Oh, siapakah tuan?" tanya Yudhistira. "Aku
penunggu kolam. Saudaramu tak menghiraukan peringatanku untuk tidak minum air
itu," jawabnya.
![](http://1.bp.blogspot.com/-vIvz33RL12w/VLTpl8enJHI/AAAAAAAAWVg/a5fzJJYML-I/s1600/kresna_lan_pandawa.jpg)
"Hamba akan menurut kehendak tuan,
Silahkan tuan bertanya barangkali hamba dapat menjawabnya," "Baik,
dengarkan. Pertanyaan pertama: Siapa musuh yang paling gagah suka membunuh tapi
sukar dilawan?"
![](http://4.bp.blogspot.com/-5HloszYe5Eg/VLTpvNqeeFI/AAAAAAAAWVo/Q-v3SgC5_Yo/s1600/yudistira%2Braseksa.jpg)
"Jawabanmu benar. Sekarang
pertanyaan kedua: Yang bagaimana orang yang baik itu dan bagaimana orang yang
buruk itu?"
"Menurut hamba orang yang baik
adalah orang yang berbudi luhur mau menolong yang susah dan kasih sayang
terhadap sesama. Sedangkan orang yang buruk adalah orang yang tak menaruh belas
kasih dan tak berperikemanusiaan."
"Benar, sekarang apakah yang
tinggi ilmu itu orang yang pandai membaca kitab atau ngaji, atau orang alim
atau karena keturunan?"
"Menurut hamba orang yang berilmu
tinggi bukan karena ia pintar ngaji. Sebab meskipun pintar ngaji, ilmunya tinggi
tetapi kalau pikirannya takabur suka ingkar janji, dia bukan orang alim dan
bukan pula orang baik," jawabnya.
![](http://3.bp.blogspot.com/-6hcJ2VBp5tw/VLTqCc6qpSI/AAAAAAAAWVw/80BO9Vbgm84/s1600/Brahala-.jpg)
"Bagi hamba bukan soal penting
atau tidaknya, tetapi keadilannya. Dengan memilih Nakula, maka kedua ibu hamba
akan sama-sama merasa senang. Dari ibu Kunti kehilangan Arjuna, sedangkan dari
ibu Madrim kehilangan Sadewa. Bukankah pilihan itu cukup adil," jawab
Yudhistira.
"Benar-benar engkau kekasih Yang
Manon. Kau manusia berbudi luhur, sabar dan cinta keadilan. Tapi mengapa engkau
lebih berat kepada adil dari pada kasih sayang?" tanyanya lagi.
![](http://4.bp.blogspot.com/-dmUV65Zc8ww/VLTqKtKtbaI/AAAAAAAAWV4/GxeugTqHhNc/s1600/pendawa.jpg)
Betapa gembirannya Yudhistira dapat
berkumpul kembali dengan adik-adiknya. Kemudian mereka melanjutkan
pengembaraannya menyusuri hutan-hutan belantara dengan tabah dan tawakal.
sumber: seni budaya wayang Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar