Setelah
Parikesit putera Abimanyu dan Dewi Utari, yang tak lain adalah cucu Arjuna dinobatkan sebagai raja Hastina, Yudhistira merasa
bahwa inilah saatnya untuk meninggalkan semua kehidupan duniawi dan berniat
untuk mengembara mendaki puncak Mahameru. Para Pandawa yang lain tidak rela
bila harus ditinggalkan oleh kakaknya, mereka bersikeras untuk ikut mendaki
puncak Mahameru. Begitu juga dengan Drupadi, ia juga ingin ikut dalam
perjalanan yang tidak mudah itu. Yudhistira berusaha mencegah istrinya, namun
Drupadi sudah bertekad bahwa Pandawalah keluarganya sekarang. Ayah, saudara dan
puteranya telah gugur di Bharatayudha.
Yudhistira
pun tidak bisa menolak permintaan saudara dn istrinya. Mereka bernenam bersiap
untuk mendaki gunung Mahameru. Saat akan memulai pendakian, di kaki gunung, mereka bertemu dengan anjing putih
bersih dan matanya bersinar terang. Anjing itu pun ikut dalam perjalanan itu.
Perjalanan
menuju puncak Mahameru, semakin ke atas, udara
semakin tipis dan angin bertiup semakin kencang. Drupadi semakin lemah hingga
harus dibantu oleh Bima. Namun akhirnya Drupadi tidak sanggup lagi, ia
meninggal sebelum mencapapi puncak Mahameru di pangkuan suaminya. Drupadi tidak
bisa mencapai puncak Mahameru karena sebenarnya di dalam hatinya ia lebih
mecintai Arjuna diabnding Yudhistira suaminya.
Setelah
mengurus jenazah Drupadi secara layak, Pandawa melanjutkan perjalannya. Namun
beberapa waktu kemudian, Sadewa terlihat sangat kelelahan dan sempoyongan.
Sadewa akhirnya gugur sebelum mencapai puncak Mahameru. Hal ini
dikarenakanSadewa merasa bahwa dirinya adalah yang paling cakap diantara kelima
bersaudara.
Keempat
bersaudara itu kemudian melanjutkan perjalanannya. Namun, tak lama kemudian Nakula pun tak sanggup untuk meneruskan
perjalannya. Ia meninggal sebelum berhasil mencapai puncak Mahameru. Hal ini
dikarenakan, ia menganggap bahwa diirnya yang paling lincah dan sakti.
Tiga
putera Kunti ini akhirnya melanjutkan perjalannya. Anjing yang mereka temui di
kaki gunung pun masih setia mendampingi perjalanan mereka. Namun tak berapa
lama, Arjuna tampak kelelahan dan tak sanggup melanjutkan perjalanan. Ini
karena kesombongannya dan selalu menganggap bahwa dirinya adalah yang paling
tampan dan sakti diantara saudaranya.
Kini
tinggal Bima, Yudhistira dan sang anjing putih. Puncak Mahameru sudah tampak,
namun Bima sudah tak kuat lagi untuk melangkahkan kakinya menuju puncak itu. Ia
pun akhirnya menghembuskan napas terakhirnya.Dalam hati Bima selalu menganggap
bahwa dirinyalah yang paling sakti gagah perkasa dan tidak ada
yang ditakuti.
Tinggal
Yudhistira yang dibilang lemah masih tangguh untuk melanjutkan perjalanan
menuju puncak Mahameru bersama sang anjing. Setelah mencapai puncak Mahameru,
seberkas sincar teang muncul dihadapannya Sinar itu kemudian menjelma menjadi
Batara Indra menyambut kedatangan Yudhitira.
Batara Indra menyampaikan bahwa Yuhistira diperbolehkan masuk ke dalam kahyangan dengan jasad kasarnya, tetapi sanga anjing tidak diperbolehkan memasuki kahyangan. Mendengar hal itu, Yudhistira kemudian berkata bahwa ia rela tidak masuk ke dalam kahyangan bila anjing yang setia menemani perjalannya tidak diijinkan masuk pula.
Seketika,
sang anjing berubah menjadi Batara Darma. Bathara Dharma ternyata sedang
menguji budi luhur puteranya, dan memang terbukti bahwa Yudhistira adalah orang
yang berbudi luhur tanpa cela.
Yudhistira
dibawa masuk ke kahyangan. Disana ia ditunjukkan para Kurawa bersama dengan
Sengkuni bersenang-senang menikmati makanan yang enak. Melihat hal itu,
Yudhistira tidak meras iri, ia justru berkata bahwa mereka berhak tinggal di
kahyangan karena mereka gugur untuk membela negerinya.
Di
tempat lain, Yudhistira ditunjukkan keempat saudaranya dan istrinya Dropadi
dirantai dan dikelilingi oleh api. Melihat hal itu, Yudhistira pun tidak
bersedih hati, ia berkata bahwa tidak ada manusia yang tidak luput dari dosa,
begitu juga dengan saudaranya dan istrinya. Tetapi ia yakin bahwa dosa mereka lebih
sedikit dibanding pahalanya, maka ia yakin bahwa itu tidak akan berlangsung
lama.
Yudhistira
juga ditunjukkan seorang wanita cantik dengan berbagai perhiasan, namun
disekililingnya tertusuk oleh panah dari emas. Yudhistira pun berkata bahwa
sang wanita bersalah karena serakah atas harta.
Seharusnya dalam hidup, manusia harus mementingkan budi pekerti daripada harta
kekayaan. Bathara Indra kemudian menunjukkan Yudhistira kepada orang yang
ditarik oleh capitan sehingga mirip seperti bebek. Yudhistira kemudian berkata
bahwa salah satu kejahatan yang paling hina adalah fitnah.
Setelah
mendengar apa yang dikatakan oleh Yudhistira, bathara Indra kemudian
menunjukkan keadaan yang sebenarnya. Diperlihatkannya, Sangkuni tersiksa dengan
gembok di mulutnya. Hal itu karena mulut Sengkuni itulah yang menjadi sumber
kejahatan. Tampak pula para Kurawa yang dikelilingi api dan dijaga oleh naga
yang selalu menyemburkan api. Dursasan dililit olehkain kemben berkepala naga
sebagai hukumannya taas tindakannya kepada Drupadi. Sedangkan Duryudana dijepit
oleh dua batu panas sementara di hadapannya ada sebuah mata air yang sangat
jenih dan sejuk.
Bathara
Indra kemudian membawa Yudhistira kembali ke kahyangan, disana dia
diperlihatkan Drupadi dan keempat saudaranya yang sedang bercengkerama dengan
Bisma dalam sebuah kamar yang sangat megah.
sumber: seni budaya wayang Indonesia
sumber: seni budaya wayang Indonesia
motto
- Warisan
budaya nasional atau warisan budaya daerah adalah cermin tingginya peradaban
bangsa.
- Melestarikan budaya
nasional warisan leluhur sebagai wujud jati diri dan watak bangsa Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar